Sejarah Albert Einstein

Orang Tua Einstein, Hermann dan Pauline, orang  jerman kelas menengah.
“Saya adalah anak dari orang tua yang tak beragama (Yahudi)” kenang Einstein


Ayah Einstein, Hermann, menjalankan bisnis tekhnologi, membuat Albert secara dini berkenalan dengan kekuatan sains. Tapi bisnis sering naik turun diambang kegagalan.

Ibu Einstein, Pauline, memaksa dia untuk mengambil pelajaran biola. Pada awalnya ia menolak keras, tapi seiring waktu dia mencintai musik dengan penuh gairah.

“Ada dunia yang besar di luar sana, kebebasan dari kita, peradaban manusia dan yang ada sebelum kita seperti keagungan, teka teki kekal, setidaknya sebagian dapat diakses ke tinjauan dan pikiran kita. Perenungan dari isyarat dunia adalah seperti pembebasan”
Satu kisah yang Einstein suka ceritakan adalah tentang masa kecilnya yaitu sebuah “keajaiban” yang dia lihat ketika ia berusia empat atau lima tahun : kompas magnet. Jarum yang tetap menghadap utara, dituntun oleh kekuatan tak terlihat, sangat mengesankan anak-anak. Kompas meyakinkan dia bahwa harus ada “sesuatu di balik sesuatu, sesuatu yang sangat tersembunyi”. Bahkan sebagai Einstein kecil dia adalah anak yang mandiri dan pemikir. Menurut legenda keluarganya, dia seoarang yang memiliki keterlambatan berbicara pada awalnya, berhenti sejenak untuk mempertimbangkan apa yang akan dia katakan. Adik perempuannya ingat, konsentrasi dan ketekunan yang digunakan saat dia membangun rumah dari kartu memiliki banyak cerita. Pikiran anak itu telah dirangsang oleh pamannya, seorang insinyur dan mahasiswa kedoteran yang selalu makan malam setiap satu kali dalam seminggu di rumah einstein.

Rumah di Ulm dimana einstein dilahirkan. Segera setelahnya, keluarganya pindah ke Munich, sebuah kota yang ramai dimana ayahnya berharap untuk menemukan lingkungan yang lebih baik untuk bisnisnya
“Pada umur 12, saya merasakan kejaiban pada buku kecil geometri bidang Euclid, yang datang ke tangan saya pada awal tahun ajaran. Dari sini ada pertanyaan, misalnya persimpangan tiga ketinggian pada segitiga di satu titik, dimana -meskipun tidak jelas- namun bisa dibuktikan dengan pasti sehingga muncul keraguan untuk keluar dari pertanyaan. Kejernihan dan kepastian ini membuat kesan yang tak terlkukiskan pada saya.”
Meskipun ia mendapat nilai bagus pada umumnya (dan berlaku pada matematika), Einstein membenci sekolah SMA ia dikirim di Munich, dimana kesuksesan tergantung pada hafalan dan ketaatan pada otoritas yang sewenang-wenang. Belajar yang sesungguhnya sebenarnya dilakukan di rumah dengan buku-buku tentang matematika, fisika, dan filsafat. Seorang guru menyarankan Einstein meninggalkan sekolah, karena kehadirannya menghancurkan hormat murid lain kepada guru. Anak laki-laki berumur lima belas tahun itu berhenti sekolah dalam jangka menengah untuk bergabung dengan orang tuanya, pindah ke Italy.

Foto kelas sekolah di Munich, 1889. Einstein di barisan depan, dua dari kanan. Dia mampu hanya dalam matematika, dan bahasa latin (logika yang dia kagumi)

0 komentar: